2 bocil sd pemberani


Cerita ini terjadi ketika tanaman jagungku masih sekitar tinggi 150 cm. Pohon nya sudah mulai berbuah, buahnya belum terlalu besar masih kecil dengan rambut emas yang mencuat dari setiap ujungnya.

Ladangku sering di lintasi anak-anak sekolah. Memang tidak semua anak sekolah di kampungku mengambil jalan pintas melalui ladangku, setidaknya aku mengenali ada 2 anak yang kutaksir masih baru masuk SD. Mereka pulang sekitar jam 10 dari sekolahnya. Aku tahu kemudian bahwa anak murid kelas 3 ke atas pulangnya lebih siang yaitu jam 12.

Suatu hari aku lupa hari apa pada waktu itu, kedua anak yang sering melintas di ladangku menegurku setelah kutegur, “Pulang sekolah neng.”

“Iya ki, eh kita boleh mampir di saungnya aki gak sebentar, capek nih jalan jauh, “ kata salah seorang anak yang kukenal bernama Rina. Aku dipanggil mereka Aki, karena memang umurku sudah sepantaran Aki atau kakek mereka. Di kampung seperti di kampungku, umur 50 tahun sudah kelihatan tua dan memang wajar dipanggil aki-aki.

“Silakan saja kalau mau main di saung, kalau mau main di kebun juga boleh, karena disitu ada kali kecil yang bisa untuk berenang-renang,” kataku menunjuk sebelah timur ladangku yang mengalir sungai kecil yang berair jernih.
Rina lalu mengajak temannya yang bernama Ririn bermain di saung. Mereka rupanya tertarik dengan rambut jagung yang pirang. Mereka minta izin mengambil rambut jagung untuk dijadikan rambut boneka yang mereka buat.

Aku katakan kepada mereka yang masih mengenakan baju seragam sekolah untuk pulang dulu mengganti baju sekolah dengan baju rumah baru balik lagi ke ladang untuk bermain boneka-bonekaan.

Rina mengatakan dia sudah tidak punya ibu. Dirumah Rina tinggal bersama kakek dan neneknya, jadi tidak masalah walau pulang sekolah terlambat. Si Ririn pun mengatakan bahwa dia juga tak punya ibu, tinggal di rumah bersama ayahnya saja. Ayah kalau siang tidak pernah ada dirumah, dia juga bertani, kata si Ririn.

Akupun akhirnya mengerti dan kasihan anak-anak ini tak beribu. Aku membantu mereka mencarikan putren atau jagung kecil . Aku pilih jagung yang pertumbuhannya kurang baik, tetapi memiliki rambut yang indah. Mereka senang sekali, karena aku beri ruang bermain di saung dan kubantu mendapatkan jagung seperti yang mereka idamkan.

Hari itu panas sekali jadi aku ikut duduk di saung meneduh sambil melihat mereka bermain. Di tengah keasyikan mereka mengatur rambut-rambut jagung keduanya berbisik-bisik lalu melihat kearahku. Aku merasa mereka sedang membicarakan diriku. Kuperhatikan mereka senyum-senyum dan matanya mengarah ke bagian bawah ku.

Aku terkesiap dan baru ingat bahwa dibalik celana pendekku yang longgar dan kotor ini aku tidak mengenakan celana dalam. Jangan-jangan knt0lku terlihat oleh mereka dari posisiku yang duduk bersila. Setiap hari kalau ke kebun aku memang pakai celana butut dan tidak pernah pakai celana dalam.

Aku agak penasaran melihat anak-anak kelas 1 SD senyum-senyum melirik ke dalam celanaku. Apa yang ada dipikiran anak-anak itu melihat kemaluan orang dewasa. Aku jadi ingin tahu lebih jauh reaksi anak-anak itu jika bisa melihat lebih jelas knt0lku yang tesimpan di celana longgarku ini. Kuubah dudukku dengan berpura-pura pegal sehingga lubang celanaku bagian bawah semakin terbuka dan makin memberi pandangan yang jelas kepada knt0lku. Tapi aku berpura-pura tidak sadar.

Sambil tertawa-tertawa, si Rina mengatakan bahwa si Ririn ingin melihat burungku.

Gila juga anak mungkin baru berumur 7 tahun sudah bicara seperti itu dan ingin tahu pula kemaluan laki-laki dewasa. “Mau apa kalian sih,” tanyaku.

“Itu burungnya Aki, kita mau,” kata Si Rina tanpa canggung dan malu-malu.

“Yah kalau mau, ambil saja sini sendiri,” ujarku.
.
Sebelum anak-anak itu mendekat,aku turunkan saja celanaku sehingga terpaparlah knt0lku yang masih tidur tentram. Namun tak ayal dia bangun pula ketika terkena angin segar apalagi tahu diingini oleh cewek-cewek meskipun masih kecil.
.
Mereka terkejut melihat aku memberi pandangan bebas kepada burungku dengan memelorotkan celana pendekku.
..

“iih “ kata kedua anak itu.

“pegang aja kalau mau gak apa-apa,” kataku.

Keduanya meninggalkan permainan boneka mereka lalu mendekat ke arahku. Dengan agak malu-malu mereka mendekat dan memegang batang knt0lku yang sudah mulai berisi. Merasa dipegang oleh tangan kedua anak itu, knt0lku makin berkembang memuai.

“Ih ki gede banget,” kata Ririn.

Aku menikmati dipegang-pegang oleh kedua anak itu. Si Rina kemudian memegang-megang kantung zakarku dimain-mainin. “Lucu ya,” kata Rina.

Knt0lku jadi makin keras. Si Ririn malah menciumi kepala knt0lku, dia lalu mengajak si Rina menciumi juga kepala knt0lku.. Aku makin keenakan dan anak-anak itu memegang knt0lku sambil memeriksa di semua bagian. Aku lalu mengajari kedua anak itu mengocok knt0lku. Kedua tangan anak itu yang tak muat menggenggam batang knt0lku lalu melakukan gerakan bersama-sama keatas dan kebawah.

Aku tidak tahan diperlakukan begitu sehingga akhirnya muncrat spermaku. “Ih kakek mah kencing,” kata anak-anak itu yang mukanya juga terkena spermaku.

“Gak apa-apa bersihin aja,” kataku. Mereka lalu menuju sungai kecil dekat kebunku membersihkan bekas semprotan spermaku.

Setelah mereka kembali dari sungai minta aku memperbolehkan dipegang-pegang lagi. Kubiarkan mereka memainkan knt0lku yang sudah lemas. Mereka bertanya kenapa sekarang jadi lemas begini. Aku bilang kalau sudah keluar cairan, maka jadi lemas.

Akhirnya mereka puas bermain knt0lku mereka pulang. Sebelum berpisah dengan mereka aku berpesan kepada keduanya. Kalau mau main ke sini lagii jangan pakai celana dalam ya. Kedua nya setuju.

Gak berapa lama anak-anak itu datang lagi pakai baju biasa. Aku masih di saung istirahat. “ Ki mana katanya mau dikasih megang,” kata Rina.

Knt0lku masih lemas, karena tadi baru saja muntah-muntah. “Kok lembek ki”

“Harus dipegang-pegang dulu baru bisa keras,” kataku. Mereka lalu memegang-megang sampai pelan-pelan knt0lku bangun

“Sekarang gantian kakek ya yang megang-megang punya kalian,’ kataku.

“Boleh” keduanya serentak menjawab.

Kusibak rok mereka yang ternyata mereka menuruti keinginanku , tidak mengenakan celana dalam. Kedua tanganku yang sudah kucuci tadi memegang mm3k mereka, Tangan kanan memegang mm3k Rina dan tangan kiri memegang mm3k Ririn. Awalnya kuusap-usap belahan mm3knya yang masih rapat dan gundul karena belum berbulu. Dan perlahan-lahan menyelip ke dalam lipatannya. Ku kopek-kopek belahan mm3knya terlihat di dalam berwarna merah dan lubang mm3knya yang masih sangat kecil. It1lnya atau kulit yang menutup it1lnya memancung keluar. Bagian itu aku usap-usap dengan jempol.

Si Rina merasa keenakan sehingga dia merintih nikmat. Sementara si Ririn diam saja. Dia malah bertanya kepada Rina, kenapa merintih-rintih. Rina mengatakan mm3knya enak banget dipegangi oleh ku. “ Aku kok rasanya biasa saja, gak ada rasa apa-apa,” kata Ririn
Ririn protes ingin dibuat enak juga seperti Rina. Aku hentikan mengusap it1l rina dengan jempolku lalu aku khusus merangsang Ririn dengan jempol kananku. Rupanya rangsangan kepada it1l Ririn harus agak ditekan. Dengan agak ditekan Ririn juga merintih nikmat.
Aku tanya gimana kepada Ririn. “Enak banget Ki,” katanya.

Rina bilang dia minta dicolokin pakai jari. “Aku makin terangsang dengan permintaan anak-anak kecil ini. Ku buka lebar-lebar paha Rina sehingga mm3knya merekah. Jari telunjukku ku basahi dengan ludah lalu kumasukkan ke lubang mm3k kecil si Rina. Sampai masuk seruas jari, dia tidak bereaksi. Aku tanya, “sakit enggak.”

“Enggak,” katanya. Lalu aku korek-korek lalu tekan lagi masuk lagi setengah . Anaknya yang tadi tidur telentang dan mengangkang langsung bangkit melihat jariku masuk ke mm3knya. Dia mengatakan, “sakit.”

“Aku juga mau,” kata si Ririn.

“Ntar dulu satu-satu,” kataku.

Aku colok lagi jariku ke mm3k si Rina lalu aku gerak-gerakin dengan gerakan mengorek, sakit katanya tapi gak ada darah keluar. Pas aku mau tekan lagi susah kayak lubangnya buntu. “Ki cabut sakit, giliran dia aja “ kata Rina.

Aku cabut jariku di ujung kukuku ada darah sedikit. Aku lalu pindah ke satu lagi masuk satu ruas jari, si Ririn langsung meringis kesakitan, “kenapa kamu, masak baru masuk segitu sudah sakit,” kata Rina. Karena dia merasa tidak nyaman maka aku cabut jariku dari lubang mm3knya. Selesailah permainan itu., lalu mereka berdua pulang kebetulan sudah agak sore juga. Setelah mereka menghilang dari pandangan aku pun bersiap-siap pulang.

Sambil jalan pulang aku merasa heran, mendapati kenyataan anak kelas 1 SD sudah minta mm3knya dimasuki jari, lain kali mungkin-mungkin mereka malah minta dimasuki knt0lku. Dirumah pun aku masih terbayang-bayang peristiwa di ladangku tadi siang. Aku berpikiran bahwa kayaknya si Rina lebih bisa di coba memasukkan knt0l dari pada si Ririn.

Hari ini adalah hari minggu. Aku tetap ke ladang, kalau di rumah suntuk, lebih enak kerja ada kesibukan di ladang. Tak lama sampai di ladang aku mendengar ada yang manggil aku. Kulihat si Rina sudah ada pula di ladang. Dia kelihatan sendirian. Kusapu pandangan di sekitar dia, tidak terlihat temannya si Ririn. “Eh sama siapa kesini,” tanyaku.

“Sendirian Ki, “ kata si Rina.

“Ririnnya mana, “ tanyaku.

“Nggak tau main kemana, aku kesini tadi lewat belakang” jawab Rina.

Aku khawatir si Ririn nyusul, “ Enggak dia gak bakalan nyusul karena dia gak tau kalau aku kesini,” kata si Rina.

Aku menghentikan kerja lalu ke sungai mandi dan membersihkan diri. Dari kali aku ke Saung karena Rina sudah berada di situ.

Rina langsung mengatakan, “ Ki kita main kayak kemarin yuk,”

Aku ragu jika main di saung ini, takutnya sewaktu-waktu si Ririn datang. Kulihat sekeliling ladangku, ada tempat teduh di bawah pohon rindang yang dikeliling tanaman jagung setinggi 1,5 m. Dari saung ini tidak terlihat. Kuingat di bawah pohon itu banyak daun-daun kering. Aku mengajak Rina ke sana dan membentangkan kain sarungku.

Rina duduk dengan mengangkangkan kedua belah kakinya. Dia tidak mengenakan celana dalam di balik roknya. Mm3knya terlihat terbuka sedikit agak merekah. “Ki Rina mau dicolok lagi kayak kemarin ,” katanya.

Rina lalu telentang, kubasahi jari telunjukku dengan ludah. Kemarin sudah bisa masuk 2 ruas jari, pelan-pelan kucolok jari telunjukku. Tanpa kesulitan berarti dua ruas jariku sudah masuk. Rina meringis awalnya tetapi kemudian berubah menjadi rintihan ketika jariku di dalam mm3knya ku gerak-gerakkan sambil ku korek-korek.

Aku mengatakan kepada Rina, bahwa aku akan memasukkan semua jariku, kuingatkan bahwa mungkin agak sakit sedikit. Rina setuju saja. Ku tekan jariku lebih kuat sampai akhirnya masuk semua. Rina meringis mengatakan rasanya sakit dan perih. Dia bangkit dari berbaring menanyakan apakah jariku sudah masuk semua. Aku katakan sudah, dia sendiri melihat jariku sudah terbenam penuh di mm3knya. Beberapa saat kemudian aku tarik tekan pelan-pelan-pelan si Rina mengatakan agak sakit tapi juga enak.

Setelah itu aku cabut jariku, terlihat di kukuku ada darah sedikit. Di mm3knya juga ada darah sedikit meleleh. Aku ajak dia kesungai yang tidak jauh. Namun Rina mengeluh dia tidak bisa jalan rasanya sakit. Aku mengambil ember lalu kesungai mengambil air. Ketika aku balik kulihat mm3knya sudah bersih. Ternyata Rina membersihkan pakai roknya. Aku jadi khawatir, darah ini nanti bisa menyebabkan ketahuan. Aku minta dia melepaskan roknya untuk kucuci dengan air agar tidak membekas darahnya. Roknya aku kucek sebentar sampai tidak terlihat ada sisa darah.

Setelah bersih aku kembali mencolok jari telunjukku. Terasa jariku lebih mudah masuk sampai terbenam semuanya. Rina meski masih merasa sakit tetapi, dia bisa menahannya. Sambil kucolok dengan jari jari jempolku mengusap-usap itilnya. Rina jadinya merintih-rintih nikmat sambil memejamkan matanya.

Perlahan-lahan aku buka celanaku lalu jari telunjukku ku tukar dengan batang knt0lku, sementara jempolku masih menggosok-gosok itilnya. Batang penisku kubasahi dengan air dan mm3knya juga aku kucuri sedikit air. Rina diam saja sambil terus menutup mata. Knt0lku ku gesek-gesekkan ke belahan mm3knya, Rina makin lebar mengangkang dengan mengangkat kedua kakinya dan di lipatnya.

Aku tekan kepala knt0lku di lubang mm3knya tetapi sulit sekali dimasukkan. Rina membantu membuka mm3knya dengan kedua tangannya menarik bibir mm3knya ke kiri dan ke kanan. Aku pegangin batang penisku dan kutekan sedikit terlihat sebagian kepala knt0lku sudah terbenam. Ketika aku tekan agak keras, kepala knt0lku meleset kebawah.

Si Rina tidak bisa diam, badannya bergerak-gerak terus meenyebabkan makin sulit bagiku mengarahkan kepala knt0lku ke lubang mm3knya. “Sakit Ki,” katanya.
Aku bilang, “ Gak bakalan sakit mah kalau sudah masuk,” kataku.

Sementara itu aku merasa sudah hampir ejakulasi, sehingga aku menunda memasukkan knt0lku. Aku pukul-pukulkan kontolku ke mm3knya, untuk maksud agar desakan ejakulasi menjadi berkurang. Setelah tidak lagi terasa desakan ejakulasi itu, aku arahkan kepala knt0lku di lubang mm3knya lalu aku dorong sambil mengucuri mm3knya air. Kepala knt0lku bisa masuk. Rina kesakitan sampai dia bangkit dari berbaring dengan mengangkat sebagian tubuhnya. Sementara bagian bawahnya masih aku tindih. “Sakit Ki,” katanya.

Aki bilang sakit dikit tahan dulu, nanti kalau sudah masuk rasanya pasti enak. Dia kusuruh berbaring lagi dan melemaskan tubuhnya. Begitu terasa tubuhnya dilemaskan langsung aku dorong sekuat-kuatnya sehingga seluruh kepala kontolku masuk tambah sekitar 2 cm sudah nancep. Si Rina bangun dan berteriak kesakitan sambil menangis. Kudorong agar kembali berbaring sambil kututup mulutnya. Aku tekan lagi penisku tidak bisa masuk lagi seperti sudah buntu. Kulihat kebawah terlihat penisku sudah masuk semua.

Tanganku masih menutup mulut Rina. Ketika kubuka dia mengangis keras sekali, lalu kututup lagi. Kukatakan jangan menangis keras-keras nanti orang tahu. Knt0lku kugerakkan perlahan-lahan tarik dorong. Baru 3 kali gerakan aku langsung muncrat di dalam mm3knya. Aku tidak mampu bertahan karena nikmat jepitannya luar biasa.
Aku peluk dia sambil aku tekan sekuatnya melepas spermaku di dalam mm3knya. Sementara knt0lku masih di dalam mm3k, terdengar si Ririn berteriak-teriak memanggil Rina dan juga memanggilku. Kututup mulut Rina dengan tangan dan kami diam tidak bergerak. Dari tempatku kami bisa melihat sedikit si Rina yang berdiri di Saung, tetapi Ririn dari Saung tidak bisa melihat kami. Ririn Berdiri sambil tolak pinggang dan terus memanggil, karena tidak ada jawaban dan tidak mendengar suara, akhirnya dia pulang.

Tanganku yang membekap Rina kubuka, tedengar Rina masih menangis terisak-isak. Aku cabut knt0lku dari mm3knya ada darah yang keluar cukup banyak. Mm3knya aku bersihkan dengan air. Dia mengeluh rasanya perih sekali. Rina tidak bisa bangun apalagi berjalan, katanya dia tidak sanggup berjalan karena mm3knya terasa sakit sekali.

Aku berpikir sejenak lalu kuputuskan menggendong si Rina pulang kerumahnya melalui kebun langsung menuju ke pintu belakang rumahnya. Setelah kuturunkan . Rina bisa berdiri dan melangkah pelan-pelan. Aku bersembunyi di balik semak-semak dekat situ. Nenek Rina keluar menemukan Rina mau buka pintu belakang. Neneknya tanya dari mana kok masuk dari belakang, kan jalannya jauh, kata si Nenek. Rina menjawab singkat baru main di belakang.

Mungkin gerak Rina tidak lincah sehingga Neneknya menanyakan , kenapa. Rina menjawab, perutnya sakit sekali. Perlahan-lahan dipapah Neneknya Rina masuk ke dalam rumah. Aku tadinya khawatir, neneknya tahu bahwa Rina baru saja di3nt0t dan mm3knya sakit, ternyata Neneknya tidak tahu. Aku lega dan jalan kembali ke Saung.

Ternyata di Saung sudah ada si Ririn. Dia merengek-rengek mau dicolok pakai jari juga. “Ki Ririn mau dong kayak si Rina dicolok colok pakai jari, Ririn pengen deh dimasuki ama knt0l Aki, “ katanya mengejutkanku.

Aku katakan “ kemarin dicolok pakai jari saja sudah sakit, gimana kalau dicolok pakai knt0l,” kataku.

“Tapi kalau sudah masuk gak sakit lagi malah enak,” kata si Ririn.

Knt0lku jadi bangun lagi.

Kubuka roknya ternyata dia sudah tidak pakai celana dalam. Kedua kakinya aku kangkangkan, lalu jari telunjukku ku basahi pakai ludah. Awalnya kucolok dengan jari telunjuk, setelah aku tekan terus bisa masuk meski dia kesakitan, lalu kucoba memasukkan dua jari. Ririn meringis kesakitan, Aku tanya sakit ya, jawabnya “enggak Ki.”

Namun hari sudah mulai sore, aku khawatir si Ririn dicari ayahnya, sehingga kutunda mencolok mm3knya dan kukatakan besok saja dilanjutkan. Si Ririn kelihatan kecewa lalu dia berdiri dan tanpa canggung langsung berjalan plang . Aku heran juga karena dia tidak kesakitan

Aku pandangi, jalannya normal saja tidak kesakitan. Rumah Ririn tidak jauh dari rumahku.

Tidak lama kemudian aku pun menyusul pulang. Jalan menuju rumahku melewati rumah Ririn. Dari agak kejauhan kulihat ayah si Ririn santai dihalaman. Kuhampiri dia dan kuajak ngobrol. Kutanya soal istrinya. Ayah Ririn yang bernama Dedi mengatakan bahwa istrinya sudah setahun tidak pulang, katanya kerja ke kota. Kata Dedi, Sebulan setelah berangkat ke kota dia balik lagi ke kampung langsung minta cerai. Setelah itu balik lagi ke kota dan sampai sekarang tidak ada kabarnya.

Aku tanyakan kenapa istrinya minta diceraikan. “Nggak tahu, mungkin dia mau kawin lagi di kota,” katanya.

Aku candai, bahwa kalau istrinya minta cerai lalu mau kawin lagi sama orang lain, mungkin mainnya kurang bagus. “Eh sembarangan, gini-gini gua masih kuat,” katanya.

“Ah gak percaya aku, coba kawin sama perawan, paling gak bisa nembus,” kataku mengejeknya.

“Gini-gini punya gua masih keras tau,” katanya

Pembicaraan tidak berlanjut karena hari mulai malam, Aku melanjutkan jalan pulang

Malam itu aku dapat giliran ronda bersama Badrul dan Dede. Badrul orangnya tinggi besar sedang si Dede masih muda.

Kami jalan keliling kampung, di Rumah si Rina aku berhenti sebentar duduk di bale-bale di depan rumahnya. Teman-temanku lanjut jalan kelling sekitar daerah itu. Mendengar ada orang duduk di teras rumahnya si Rina keluar. Dia mengenakan sarung dan kaus. Aku tanya mana kakek dan neneknya. Kata si Rina keduanya sudah tidur.

Agak berbisik aku mengatakan kenapa jalannya masih aneh. Si Rina mengatakan , masih sakit, masih keluar darahnya sedikit kalau kencing , rasanya masih perih. “Kenapa kamu mau dimasuki t1t1tnya aki,” tanyaku.

“kalau sudah masuk rasanya enak Ki, kalau dikeluar masukin sakit, tapi kalau di diemin gak sakit” katanya.

Tak lama kemudian aku dipanggil teman-teman untuk melanjutkan meronda. Aku beranjak dari bale-bale rumah si Rina kembali bergabung dengan teman-temen melanjutkan meronda.

Kami sampai di rumah si Ririn. Kulihat rumahnya sepi sekali. Kebetulan mereka mengatakan kepadaku untuk tunggu di sini dulu mereka mau melihat-lihat di rumah di sekitar daerah ini. Aku duduk di bale-bale rumah si Ririn.

Aku duduk saja diam di bale-bale. Tak lama kudengar suara dari dalam rumah. “Yang ngronda sudah pada jalan belum,” suara yang kurasa si Dedi ayah si Ririn. Kemudian si Dedi mengajak anaknya masuk ke kamar tidur, tetapi kudengar jawaban bahwa Ririn belum mau masuk karena belum malam. Setelah itu tidak terdengar suara lagi.

Aku masih saja duduk diam di teras rumah mereka. Aku merasa ingin kencing, sehingga pelan-pelan aku jalan ke samping rumah mereka. Kebetulan aku menuju samping kmar tidur mereka. Ketika aku melewati kamar itu kudengar sayup-sayup suara rintihan. “Enak iya enak,” kudengar suara Ririn.
.
Aku curiga si Dedi main sama anaknya si Ririn. Aku cari lubang untuk mengintai ke dalam kamarnya. Kebetulan lampu kamarnya dibiarkan terang benderang. Dari lubang intaian aku melihat si Dedi sedang menggesek-gesek lubang mm3k anaknya dengan jempol. Kelihatannya yang di gesek adalah it1lnya. “Udah “ kata Dedi.

“Belum,” kata Ririn.

Si Dedi berdiri mengangkat sarungnya. Dia tidak mengenakan celana lagi di balik sarungnya. knt0l si Dedi sudah berdiri mengacung. knt0lnya gede malah lebih gede sedikit dari punyaku. Benar juga katanya. knt0lnya dipegang-pegang sama Ririn . Dedi mengatakan agar knt0lnya dicium. Anaknya kelihatan menciumi knt0l bapaknya yang sudah ngacung.

Setelah puas diciumi anaknya dikangkangi lalu knt0lnya digesek-gesekkan di belahan mm3k anaknya. Setelah itu dia membasahi knt0lnya dengan ludah dan lubang mm3k anaknya juga dilumuri ludah. Kepala knt0lnya ditempelkan ke lubang mm3knya dan kelihatan Dedi menekan-nekan tapi tidak berhasil masuk.

Lelah setelah berkali-kali gagal memasukkan kepala knt0lnya Dedi bilang ke anaknya dia akan mengambil minyak kelapa. Tak lama kemudian Dedi sudah balik lagi ke kamar dan kelihatan melumuri batang knt0lnya dengan minyak kelapa lalu lubang mm3k anaknya dilumasi minyak kelapa kelihatannya terlalu banyak sampai menetes. Melihat mereka aku jadi ngaceng dan memegangi knt0lku.

Dedi mulai mengarahkan kepala knt0lnya ke lubang mm3k anaknya . Kemudian dia terlihat menekan sekuat tenaga. Kepala knt0lnya berhasil masuk secara paksa. Anaknya merintih kesakitan. Sialnya sarung si Dedi Jatuh jadi menutup bagian alat klamin mereka yang sedang beradu. Sarung itu tidak disibak-sibak jadi aku sama sekali tidak bisa melihat adegan yang sedang terjadi.

Saking asyiknya aku tidak menyadari ada 2 temanku yang sudah berada di dekatku. Mereka menepuk pundakku yang membuat aku terkejut. Untung aku tidak latah. Sambil berbisik mereka mengatakan , ngintip apa, “Kan dia tidak punya istri,” kata si Badrul berbisik.
Si Badrul mencoba mengintip dari lubang intaiku tadi. Dia terus mengintip sampai cukup lama. Dari dalam terdengar suara tangisan si Ririn. Kami lalu menjauh dari lubang tempat mengintip itu. Di jalan si Asep mengusulkan agar melaporkan kejadian itu kepada RT. Aku dan Badrul tidak setuju usulan si Asep. Alasan si Badrul si Dedi kan ngembat anaknya sendiri, “lagian si anak kelihatannya menikmati, buktinya dia tidak lari malah diam saja.”
Badrul nanya ke aku, “tadi apa yang lu liat,”

Kujawab bahwa aku sempat melihat Dedi memasukkan ujung knt0lnya setelah itu sarungnya jatuh terus tidak terlihat lagi. Aku tanya si Badrul, dia mengatakan melihat semua knt0l si Dedi masuk ke memek anaknya. Dia menambahkan bahwa si Ririn kelihatan malah menikmati.

Si Asep minta izin pulang, dia katanya merasa tidak tega karena punya anak perempuan juga dia mau main sama istrinya. Kami berpesan agar dia menjaga rahasia ini. Dia setuju.

Setelah si Asep pergi, Badrul kembali mengintip. Sambil mengintip dia turunkan celananya. knt0lnya sudah ngaceng dan terlihat besar sekali dan hitam. Selain besar juga panjang . Mungkin karena tubuhnya tinggi besar, jadi knt0lnya juga besar. Ketika di tempelkan ke perutnya panjang kontolnya sampai ke pusarnya. Dia bisiki aku. “Gua pengen banget, belum pernah ngrasai ng3nt0t anak kecil

Si Badrul ngocok knt0lnya tapi gak lama kemudian dia pakai lagi celananya, lalu dia jalan ke depan rumah si Badrul. Pintu rumah si Dedi digedor-gedornya. Lama sekali baru si Dedi keluar dengan wajah bercucuran keringat. “Ngapain sih lu ganggu istirahat gua,” kata si Dedi pura-pura tak bersalah.
“Eh lu mau kami laporin ke RT,” kata Badrul mengancam.
“Emang mau laporin apa, “ kata Dedi berlagak bodoh.

“Kami tadi ngintip ke kamarlu, kami liat lu tadi memperkosa anak lu sendiri,” kata Badrul.

Aku melerai mereka dan mengajak semuanya masuk rumah lalu menutup pintu. Di dalam rumah si Badrul langsung menyambung ancamannya, “ Kalau lu gak mau gua laporin ke RT, izinkan gua merasai anak lu juga.”

Dedi akhirnya tidak bisa berkilah dia mengatakan. “ Baiklah kalau begitu, tapi jangan sekarang, soalnya dia baru saya perawani, jadi kasian, besok aja apa lusa gitu kalau dia sudah sembuh lukanya.”

“Aduh gua pengen banget, gua tempel aja deh sebentar aja” kata Badrul.

“Anak itu masih sakit, gua aja belum keluar, ini masih keras” kata Dedi sambil menunjukkan knt0lnya yang besar mengacung.

“Masak mainnya lama banget belum keluar,” kata Badrul tidak percaya.

Badrul memaksa masuk ke kamar diikuti oleh Dedi yang sudah tidak berdaya dan aku. Si Ririn yang lagi tidur mengangkang bangun. Dedi mengatakan kepada anaknya bahwa Badrul ingin mencoba main.

Badrul menurunkan celananya. Di kamar yang terang benderang itu terlihat knt0l Badrul besar sekali “Ah gak mau Pak , t1t1tnya gede banget,” kata si Ririn.

Dedi minta kembali agar si Badrul jangan sekarang meng3nt0t anaknya. Lagi pula si Ririn sudah mengatakan tidak mau. Badrul tidak terima. “ Ah kalian curang aku udah dibuka begini, aku Cuma nempel doang,” kata Badrul sambil terus mendekati si Ririn.

Dibuka kedua kaki Ririn lalu dijilatinya mm3knya . Ririn merintih-rintih sambil pantatnya diangkat-angkat. Kelihatan sekali si Ririn merasa nikmat oleh jilatan Badrul. Badrul kadang-kadang memasukkan lidahnya ke dalam lubang mm3k Ririn.

Setelah Ririn merasa nikmat Badrul bangun lalu ditempelkannya knt0l gedenya ke lubang mm3k. Lubang mm3k itu sudah basah oleh lendir dan ludah Badrul. Ditekannya pelan-pelan knt0lnya. Terlihat kepala knt0lnya masuk malah lebih sedikit sudah terbenam di lubang mm3k kecil si Ririn yang kelihatan sangat melebar mengikuti besarnya knt0l Badrul.

Si Ririn merintih kesakitan. Si Dedi minta Badrul jangan meneruskan memasukkan knt0lnya, tetapi Badrul tidak mempedulikan dia menekan terus sampai setengah batang knt0lnya sudah terbenam. Ririn masih merintih kesakitan. Badrul menarik dan menekan perlahan-lahan. “Aduh enak banget nih mm3knya sempit banget, gua sudah gak tahan mau keluar. “ Yah udah cepetan keluarin, kasian anaknya kesakitan,” kata Dedi..

Kami berdua terangsang melihat adegan itu sehingga kami tanpa sengaja bersama-sama mengocok knt0l masing-masing. Menjelang muncrat Si badrul memeluk Ririn dan kelihatannya dia menekan sampai terlihat tubuhnya dempet dan knt0l besar panjangnya masuk semua ke dalam mm3k Ririn.

“ Gua mau keluar langsung ditekan sampai keluar enak banget masuk semua, ini mm3k dalam banget nih anak, “ kata Badrul.

Si Ririn diam saja tidak bereaksi. Ternyata dia pingsan. Semua panik. Si Badrul langsung menarik lepas knt0lnya dari mm3k Ririn.

“Wah gimana nih, wah gua laporin lu ke RT deeh kalau gini,” kata Dedi yang panik.

“Eh kalau dilaporin ke RT lu nanti juga kena,” kataku mengingatkan.

Akhirnya aku yakinkan bahwa tidak perlu dilaporkan ke RT karena semua kami bertiga sudah melakukan kepada si Ririn. Dedi mengambil lap dengan air dingin lalu diusap-usapnya wajah si Ririn. Dia kemudian sadar.

Ririn meringis-ringis sambil mengatakan mm3knya perih banget. Dedi membersihkan sisa mani dan lendir-lendir dari mm3k anaknya lalu tubuhnya ditutup selimut dibiarkan tidur.

Setelah itu kami bubar kembali ke rumah masing-masing..

Beberapa hari kemudian ketika aku sedang di ladang si Badrul mendatangi aku, dia mengatakan bahwa tadi melihat bapaknya si Ririn menyeberangi sungai. Badrul bilang kalau dia ingin lagi main sama Ririn. Aku bilang tunggu aja di sini mereka kalau pulang sekolah selalu lewat sini.
Badrul menunggu di saung dan tak lama kemudian muncullah si Rina dan Ririn. Mereka memanggilku. “Ki”, katanya. Aku lalu buru-buru berhenti bekerja menghampiri mereka. Keduanya aku giring ke saung. Di saung sudah ada si Badrul dengan muka senang. Aku katakan kepada keduanya apakah mereka mau main di saung, keduanya mengangguk saja. Aku tanya apakah Ririn sudah sembuh mm3knya dan tidak merasa sakit lagi. “Enggak Ki malah rasanya di dalam gatal pengen main lagi,” kata Ririn.

Badrul sudah tidak sabar langsung menarik si Ririn lalu di baringkan di saung dan celananya di tarik. Di sebelahnya si Rina ikut berbaring yang langsung melepas celana dalamnya dan mengangkat rok. Badrul melepas celana pendeknya , knt0lnya sudah tegang kelihatan besar sekali dan panjang. Si Ririn di kangkangkan kedua kakinya lalu mm3knya dia jilatin. Ririn kegelian, tetapi Badrul tetap memaksa menjilati mm3knya dan menghisap-hisap 1t1lnya.

Aku juga mengikuti dengan menciumi mm3k si Rina. mm3knya berbau agak amis, tapi aku tidak peduli karena sudah nafsu juga. Aku jilati lubangnya lalu it1lnya. Rina awalnya juga kegelian, tetapi lama-lama merintih. Aku makin semangat menjilati it1l si Rina sampai dia merasa keenakan dan terus merintih.

Kulihat si Ririn pun sudah pula merintih sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun, seperti gerakan orang bersenggama. Badrul bangun lalu dia segera membasahi sekujur knt0lnya dengan ludah. knt0lnya kulihat digesek-gesekan ke belahan mm3knya si Ririn dan mm3k yang sudah basah oleh air ludah dan cairan mm3k itu di tancap sama knt0l si Badrul. Kulihat pelan-pelan dia tekan sampai masuk setengah. Badrul terus memompa dan kelihatan makin lama knt0lnya makin dalam masuknya sampai akhirnya ambles semua batang knt0lnya yang kutaksir panjangnya hampir 20 cm itu.

Ririn masih meringis-ringis, tapi kulihat di mm3knya tidak ada darah. Aku juga membasahi knt0lku dengan ludah lalu ku tancapkan ke memek si Rina yang tanpa kesulitan langsung menerobos masuk sampai lebih setengah. Aku pompa dengan memainkan sambil menekan sampai akhirnya knt0lku yang 17 cm terbenam. Rina sudah merintih-rintih dan kulihat ke sebelah si Ririn juga merintih-rintih.

Badrul makin semangat menggenjot sambil berkali-kali mengatakan enak banget. Dia genjot terus dan kedua kaki si Ririn diangkat keatas dilipat sampai menempel di perut. Kulihat knt0l si Badrul makin dalam masuknya. Ririn mengatakan agak sakit, tapi gak dipedulikan sama Badrul. Dia genjot terus sampai Ririn akhirnya merintih keenakan.

Aku ikuti gaya main Badrul dan kurasakan kontolku masuk lebih dalam. Rina merintih-rintih menambah nafsuku jadi tak tertahan. Aku muncrat di dalam mm3k si Rina . Tapi aku tidak perlihatkan karena si Badrul masih terus menggenjot. Setelah selesai ejakulasiku, pelan-pelan aku tarik dan tusuk lagi. knt0lku memang agak menyusut, tetapi karena merasakan jepitan yang nikmat knt0lku jadi tidak terlalu kendor, sehingga masih bisa menusuk-nusuk Aku mainkan terus karena pelan-pelan knt0lku ngaceng lagi.

Aku tidak memperhatikan si Badrul apa dia sudah keluar apa belum, tapi ketika sesekali dia kulihat masih terus menggenjot. Apa dia belum keluar juga apa dia mainkan teknik seperti aku. Aku menikmati permainanku yang pada ronde kedua ini aku bisa bermain lebih lama, sehingga aku menikmati mm3k sempit ini kupompa lebih lama.

Setelah muncrat untuk kedua kalinya aku menarik keluar knt0lku yang sudah menyusut. Tak lama si Badrul pun menyelesaikan permainan. Kami istirahat sebentar. Si Badrul mengusulkan tukar patner. Aku tentu saja setuju karena belum pernah merasakan si Ririn.

Merasa mendapat lawan baru, kontolku jadi ngaceng lagi, Badrul pun yang mendekati Rina sudah mulai bangun kontolnya. Tanpa pemanasan aku menancap si Ririn dan Rina pun sudah ditancap si Badrul.

Rina awalnya merintih agak sakit katanya tapi lama-lama dia sudah mengerang nikmat dan kulihat knt0l Badrul sudah masuk semuanya di mm3k Rina. knt0lku tidak menemui kesulitan sama sekali masuk ke dalam mm3k Ririn, karena terasa lubangnya sudah licin meskipun masih sangat terasa jepitannya.

Kami sempat bertukar lagi dan bertukar lagi sampai sore menjelang mahgrib kami baru berhenti , karena badan sudah sangat lelah. Aku muncrat 5 kali si Badrul mengaku juga 5 kali. “Enak banget ya , mm3k anak kecil tapi lubangnya dalem,” kata Badrul.

Sebelum berpisah aku memberi uang kepada Rina dan Ririn. Si Badrul pun juga begitu. Setelah itu kami berdua sering bermain dengan kedua anak itu yang akhirnya Dedi tahu bahwa kami sering main dengan anaknya.

Rina dan Ririn juga sering kali menagih minta main. Jika Badrul tidak ada di saung aku garap mereka berdua bergantian. Kadang kala ketika aku sedang lelah si Badrul menggarap mereka berdua.

Kedua anak itu menjadi langganan kami sampai cukup besar dan tteknya mulai tumbuh dan mm3knya mulai ditumbuhi jmb0t. Makin besar anak-anak itu makin nagih, terutama mereka mengharapkan uang dari kami.

Cerita dewasa perjalanan bocil

Cersex bocil perjalanan